Pemerintah Kalurahan Wunung Bersama Komunitas Resan Gunungkidul Menanam Pohon Wunung

Operator Pelayanan 05 Maret 2024 10:08:18 WIB

Wunung - Pada hari Minggu 3 Februari 2024 Pemerintah Kalurahan Wunung bersama Komunitas Resan Gunungkidul menyelenggarakan penanaman pohon konservasi dan pohon Wunung di area sungai di Kalurahan Wunung dalam rangka menjaga alam sebagai toponim Wunung sekaligus kelestarian air sebagai salah satu sumber penghidupan manusia di wilayah Kalurahan Wunung. Kegiatan ini dipimpin Lurah Wunung Sudarto bersama Pamong setempat dibantu warga masyarakat. Berawal dari keprihatinan terhadap berbagai masalah lingkungan di Gunungkidul menjadi dasar berdirinya Komunitas Resan.  Komunitas peduli lingkungan ini telah ada sejak 2018. Diprakarsai oleh seorang relawan bernama Edi Padmo. 

Edi mengatakan, Komunitas Resan tidak dibuat berdasar program atau inisiasi lembaga tertentu. Namun bener-benar atas dasar keprihatinan terhadap berbagai permasalahan lingkungan di Kabupaten Gunungkidul. "Lalu memunculkan kesadaran masing-masing personal untuk melakukan aksi nyata merawat alam," ujar Edi. Dia menuturkan, kata 'resan' sendiri adalah idiom Bahasa Jawa yang berarti menjaga (reksa) dan pohon (wreksa). Edi melanjutkan, Resan digunakan untuk menyebut pohon besar atau raksasa yang mempunyai fungsi untuk menjaga sumber air sebagai sumber kehidupan. Para relawan peduli lingkungan bertaut dan berjejaring melakukan kegiatan bersama seperti menanam pohon, merawat sumber air, membuat pembibitan mandiri, dan meluaskan jaringan gerakan. "Kegiatan kami biasanya pada awal musim penghujan, atau permintaan khusus dari warga masyarakat," ucapnya. 

Edi Padmo menuturkan, pohon resan sudah ada sejak dulu. "Kami hanya berusaha mempertahankan keberadaan pohon resan atau menambah maupun menanam kembali," sebutnya. Terlebih saat ini, pohon resan sangat gampang ditebang atau dihilangkan. Kendati demikian, Komunitas Resan mengaku masih dalam tahap belajar untuk memahami budaya Jawa dalam pelestarian pohon. "Adat dan budaya juga salah satu pintu masuk kami untuk berbaur dengan masyarakat," tuturnya. Komunitasnya bersama warga, juga ikut menjaga keberadaan pohon sebagai penjaga sumber air. Menurutnya, normalisasi sumber air yang terbengkalai dan membaur bersama masyarakat untuk melestarikan adat atau tradisi lokal. Khususnya yang berkenaan dengan pelestarian lingkungan. 

Meskipun begitu, Edi Padmo menuturkan Komunitas Resan bukan suatu organisasi. "Jadi tidak ada aturan baku yang mengikat, gerakannya bersifat relawan, serta jumlah anggota tidak bisa dipastikan," bebernya.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar